JAKARTA - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan menyiapkan pengaktifan kembali jalur kereta api mati Rangkasbitung-Pandeglang di Provinsi Banten.
Reaktivasi ini menjadi bagian strategi jangka menengah untuk membuka akses transportasi rel yang sempat nonaktif. Langkah ini bertujuan mendorong pemerataan pembangunan di daerah, sekaligus menghadirkan moda transportasi yang lebih efisien bagi masyarakat.
Jalur yang lama tidak beroperasi kini akan dihidupkan kembali agar memberikan manfaat nyata bagi ekonomi lokal. Direktur Jenderal Perkeretaapian, Allan Tandiono, menyatakan bahwa kesepakatan telah dicapai antara pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Banten, dan PT Kereta Api Indonesia.
“Program reaktivasi Rangkasbitung menuju Pandeglang sudah direncanakan, dan kami sepakat untuk berbagi tugas dengan Pemda terkait pelaksanaan,” jelas Allan.
Tahap Perencanaan dan Persiapan Teknis
Proses reaktivasi akan dimulai pada 2026 dengan fokus utama pada perencanaan teknis dan pembebasan lahan bila diperlukan. Pemerintah menekankan pentingnya kajian menyeluruh sebelum pembangunan fisik dilakukan.
“Untuk tahun depan, fokus terkait perencanaan dan tentunya nanti pembebasan lahan apabila dibutuhkan penertiban dan lain-lain,” ungkap Allan. Pekerjaan awal ini penting untuk memastikan jalur dapat beroperasi sesuai standar keselamatan dan teknis yang berlaku.
Biaya investasi menjadi salah satu pertimbangan utama. Besaran dana bergantung pada panjang jalur, kondisi prasarana eksisting, kebutuhan pembebasan lahan, serta standar teknis yang diterapkan. Proses ini memastikan jalur baru dapat berfungsi optimal setelah reaktivasi.
“Untuk jalur lainnya, akan dikaji terkait prioritas dan kesiapannya. Karena besaran biaya sangat bergantung pada panjang jalur, kondisi prasarana, serta standar teknis yang diterapkan,” tambah Allan.
Manfaat Sosial dan Ekonomi untuk Masyarakat
Reaktivasi jalur kereta ini diproyeksikan memberikan manfaat sosial ekonomi nyata bagi masyarakat Banten, terutama di wilayah Pandeglang dan sekitarnya. Jalur yang aktif kembali akan mempermudah mobilitas warga dan distribusi barang lokal.
“Fokusnya ke manfaat real yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Jalur ini bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” terang Allan. Kehadiran kereta akan mendukung aktivitas sehari-hari masyarakat, termasuk pedagang dan petani.
DJKA dan KAI tengah mempertimbangkan model layanan yang sesuai kebutuhan masyarakat lokal. Inovasi layanan kereta bagi pedagang dan petani menjadi salah satu opsi agar jalur ini tidak hanya transportasi penumpang, tetapi juga mendukung kegiatan ekonomi masyarakat sekitar.
Dukungan terhadap Aktivitas Lokal dan Inovasi Layanan
“Di Rangkasbitung-Pandeglang, kami melihat banyak aktivitas masyarakat. KAI mendorong adanya inovasi kereta pedagang dan petani agar jalur dapat mendukung aktivitas lokal sehari-hari,” ujar Allan. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menghadirkan transportasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Optimalisasi jalur ini juga membuka peluang ekonomi baru. Distribusi hasil pertanian, barang dagangan, dan kebutuhan lokal dapat lebih cepat dan efisien, sehingga berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.
Dengan rencana reaktivasi ini, jalur kereta Rangkasbitung-Pandeglang diharapkan tidak hanya menjadi moda transportasi, tetapi juga sarana penggerak ekonomi regional. Ke depannya, keberadaan jalur ini akan mempermudah akses masyarakat, mendukung perdagangan lokal, dan meningkatkan konektivitas antardaerah.
Secara keseluruhan, langkah pemerintah menghidupkan kembali jalur kereta api ini menunjukkan fokus pada pemerataan pembangunan, peningkatan akses transportasi, dan pemanfaatan moda rel sebagai penunjang ekonomi lokal. Jalur ini menjadi contoh nyata integrasi antara infrastruktur transportasi dan kesejahteraan masyarakat.