Waspada Anemia: Jangan Abaikan Kebiasaan Terus Mengunyah Es Batu

Kamis, 02 Oktober 2025 | 13:54:52 WIB
Waspada Anemia: Jangan Abaikan Kebiasaan Terus Mengunyah Es Batu

JAKARTA - Beberapa orang gemar mengunyah es batu, namun jika dilakukan berulang kali bisa menjadi pagophagia.

Pagophagia termasuk jenis 'pica', yaitu keinginan mengonsumsi benda tak bergizi, salah satunya es batu. Kebiasaan ini baru dikategorikan pagophagia bila dorongan untuk mengunyah es muncul sangat kuat dan bersifat terus-menerus, berbeda dengan mengunyah es sesekali setelah minum air dingin.

Orang yang mengalami pagophagia sering menunjukkan gejala seperti kulit pucat dan kering, kelelahan, sakit kepala, lidah sakit, detak jantung cepat, dan pusing. Kondisi ini bisa menjadi indikator adanya masalah kesehatan yang lebih serius.

Penyebab Utama Pagophagia

Pagophagia biasanya terkait kekurangan nutrisi, terutama defisiensi zat besi. Kebiasaan mengunyah es batu juga dapat menandakan adanya anemia yang belum terdiagnosis.

Penelitian menunjukkan sekitar 16 persen penderita anemia akibat kekurangan zat besi melaporkan keinginan kuat untuk mengunyah es. Aktivitas ini membantu mereka merasa lebih waspada dan fokus secara mental.

Selain anemia, gangguan makan juga dapat mendorong pagophagia. Tubuh yang kekurangan nutrisi mungkin memicu seseorang mengunyah es batu agar merasa kenyang tanpa menambah kalori. Mulut kering pun sering menjadi faktor tambahan yang membuat orang ingin mengunyah es.

Dampak Buruk pada Kesehatan Gigi

Kebiasaan ini dapat merusak gigi karena es merupakan salah satu makanan teratas yang merusak enamel. Mengunyah es secara terus-menerus meningkatkan risiko gigi berlubang dan gusi iritasi.

Selain itu, pagophagia juga bisa merusak kawat gigi, tambalan, atau bahkan menyebabkan gigi retak. Kerusakan ini bersifat kumulatif, sehingga perlu perhatian serius agar tidak menimbulkan masalah jangka panjang.

Perawatan gigi rutin dan penghindaran kebiasaan mengunyah es menjadi langkah penting. Jika enamel sudah terkikis, risiko kerusakan gigi semakin tinggi, dan perbaikan bisa memerlukan perawatan mahal seperti tambalan atau perawatan ortodontik.

Cara Mengatasi dan Pencegahan

Mengatasi pagophagia dapat dimulai dengan memperbaiki asupan zat besi. Konsumsi makanan tinggi zat besi seperti telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan roti yang diperkaya bisa membantu memenuhi kebutuhan tubuh.

Suplemen zat besi juga dapat menjadi solusi, namun sebaiknya dikonsumsi sesuai anjuran tenaga medis untuk mencegah overdosis atau efek samping lain.

Selain itu, menjaga kelembapan mulut dan mengganti kebiasaan mengunyah es dengan camilan sehat atau minuman bergizi dapat mengurangi dorongan mengunyah es. Mengidentifikasi dan mengatasi gangguan makan atau pola makan yang kurang seimbang juga penting.

Pendekatan ini tidak hanya membantu mencegah kerusakan gigi, tetapi juga memperbaiki kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perubahan gaya hidup sederhana dapat mengurangi risiko pagophagia sekaligus mendukung pemulihan dari anemia atau kekurangan nutrisi lain.

Terkini