Fungsi Oviduk, Cara Kerja, dan Gangguan yang Rentan Terjadi

Fungsi Oviduk, Cara Kerja, dan Gangguan yang Rentan Terjadi
fungsi oviduk

Fungsi oviduk dalam sistem reproduksi wanita memiliki peran penting, terutama dalam mendukung proses pembuahan dan kelanjutan generasi. 

Baik pria maupun wanita memiliki sistem reproduksi masing-masing yang berfungsi untuk melestarikan keturunan. 

Pada wanita, sistem ini terbagi menjadi dua bagian utama, yakni bagian luar yang tampak secara fisik dan bagian dalam yang tersembunyi. Salah satu organ penting yang berada di bagian dalam adalah oviduk atau yang sering disebut juga tuba falopi.

Oviduk berperan sebagai jalur penghubung antara ovarium dan rahim. Melalui saluran ini, sel telur yang telah matang akan dialirkan menuju rahim. 

Tak hanya itu, proses pembuahan juga biasanya terjadi di dalam saluran ini, saat sel telur bertemu dengan sel sperma. Dengan kata lain, oviduk menjadi tempat terjadinya awal kehidupan.

Selain fungsinya yang vital, organ ini juga dapat mengalami gangguan seperti penyumbatan atau peradangan, yang berpotensi menghambat terjadinya kehamilan. 

Oleh sebab itu, penting bagi setiap wanita untuk menjaga kesehatan reproduksinya agar fungsi oviduk tetap berjalan optimal sepanjang waktu.

Fungsi Oviduk dalam Sistem Reproduksi Wanita

Sebelum membahas lebih jauh mengenai fungsi oviduk, penting untuk memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan oviduk itu sendiri. 

Oviduk, atau yang dikenal pula sebagai tuba falopi, merupakan saluran yang menghubungkan ovarium (indung telur) dengan rahim. Panjang saluran ini berkisar antara 10 hingga 13 cm dengan diameter sekitar 1 cm. 

Karena termasuk organ reproduksi bagian dalam, oviduk tidak dapat dilihat secara langsung, namun letaknya berada di area perut bagian bawah, dan ujungnya dekat dengan ovarium.

Sama seperti organ reproduksi lainnya, oviduk juga tersusun dari beberapa lapisan. Lapisan paling luar disebut serosa, yang merupakan membran pelindung. Sementara lapisan bagian dalam terdiri dari otot yang dinamakan pyosalpinx.

Secara umum, peran utama oviduk adalah sebagai jalur yang dilalui oleh sel telur dari ovarium menuju rahim, khususnya saat proses ovulasi terjadi. 

Selain itu, saluran ini juga menjadi tempat terjadinya pembuahan, yaitu pertemuan antara sel telur dan sel sperma. 

Jika saluran ini mengalami penyumbatan, maka proses perjalanan sel telur ke rahim pun akan terganggu, yang pada akhirnya dapat menyebabkan hambatan dalam proses kehamilan.

Ketika proses pembuahan berhasil terjadi di dalam oviduk, embrio hasil pembuahan akan bergerak menuju rahim dan menempel di lapisan endometrium. 

Oleh karena itu, fungsi dari oviduk memiliki peran vital dalam mendukung keberhasilan reproduksi pada wanita.

Menjadi Saluran Pengantar Sel Telur ke Rahim

Peran utama dari saluran ini adalah mengantarkan sel telur dari indung telur menuju rahim. 

Selama proses ini berlangsung, pergerakan sel telur dibantu oleh struktur halus menyerupai rambut yang disebut silia, yang bekerja untuk mendorongnya secara perlahan menuju rahim.

Berperan dalam Awal Pertumbuhan Embrio

Selain mengantar sel telur, saluran ini juga menjadi lokasi awal terjadinya pembelahan dan perkembangan embrio untuk sementara waktu. 

Setelah fase awal tersebut, embrio akan bergerak menuju lapisan rahim untuk menempel dan melanjutkan proses kehamilan. Embrio sendiri merupakan bentuk awal calon janin yang terbentuk setelah proses pembuahan berhasil.

Tempat Terjadinya Pembuahan

Saluran ini juga berfungsi sebagai lokasi di mana pertemuan antara sel telur dan sel sperma terjadi. 

Jika pertemuan ini berhasil, sel telur yang telah dibuahi akan melanjutkan perjalanannya ke rahim dan mulai berkembang menjadi janin. Proses ini merupakan awal dari terbentuknya kehamilan.

Cara Kerja Oviduk

Pada dasarnya, saluran yang menghubungkan ovarium dan rahim ini memiliki peran penting dalam proses reproduksi antara perempuan dan laki-laki. 

Berdasarkan informasi dari yoona.id, mekanisme kerja saluran ini berkaitan erat dengan perannya dalam mendukung kehamilan pada perempuan.

Langkah awal dari cara kerjanya adalah mengalirkan sel telur yang telah dilepaskan oleh ovarium menuju rahim. 

Untuk bisa terjadi proses pembuahan, sel sperma yang berasal dari laki-laki harus mencapai saluran ini terlebih dahulu. Setelah kedua sel tersebut bertemu di dalamnya, proses pembuahan dapat berlangsung.

Usai pembuahan terjadi, saluran tersebut akan berkontraksi guna mendorong sel telur yang telah dibuahi menuju rahim. 

Secara keseluruhan, mekanisme ini menunjukkan bahwa saluran tersebut merupakan jalur penting yang harus dilalui sel telur sebelum akhirnya tiba di rahim untuk menempel dan berkembang.

Gangguan yang Rentan Terjadi pada Oviduk

Walaupun saluran penghubung antara ovarium dan rahim ini termasuk organ dalam yang tidak tampak dari luar, nyatanya organ tersebut juga dapat mengalami gangguan. 

Masalah yang umum terjadi adalah penyumbatan, yang menyebabkan sperma tidak bisa mencapai sel telur untuk proses pembuahan, sehingga kehamilan pun tidak terjadi. Kondisi ini tentu berdampak pada penurunan kesuburan atau bahkan kemandulan.

Yang menjadi kendala, gangguan ini sering kali tidak memunculkan gejala yang mencolok, sehingga banyak perempuan tidak menyadari apakah saluran reproduksi mereka masih dalam kondisi baik. 

Berdasarkan informasi dari alodokter.com, salah satu tanda yang mungkin timbul adalah rasa sakit di bagian bawah perut dan keluarnya cairan vagina yang tidak normal. 

Masalah-masalah tersebut bisa menjadi sinyal adanya sumbatan yang mengganggu fungsi saluran reproduksi tersebut.

Secara umum, perempuan memiliki sepasang saluran penghubung antara indung telur dan rahim. Namun, penyumbatan bisa terjadi pada satu atau kedua saluran tersebut. 

Ada pula kasus di mana seseorang hanya memiliki satu saluran bawaan sejak lahir. Meski demikian, selama saluran tersebut berfungsi baik dan siklus haid berjalan normal, peluang untuk hamil tetap terbuka.

Berikut ini adalah beberapa gangguan yang bisa terjadi akibat penyumbatan pada organ tersebut:

1. Kehamilan di Luar Kandungan (Ektopik)

Kondisi ini terjadi ketika proses kehamilan berlangsung di luar rahim, biasanya karena embrio yang telah terbentuk tidak berhasil masuk ke dalam rongga rahim dan justru tertahan di dalam saluran penghubung tersebut. 

Ini bisa terjadi karena pengangkutan sel telur ke rahim mengalami keterlambatan. Kehamilan jenis ini tergolong berisiko tinggi karena jika dibiarkan, dapat menyebabkan perdarahan hebat dan mengancam nyawa.

2. Kanker pada Saluran Reproduksi

Beberapa jenis kanker yang selama ini didiagnosis sebagai kanker ovarium ternyata berawal dari gangguan pada saluran penghubung ini. 

Salah satunya adalah kanker ovarium serosa stadium lanjut, yang kemungkinan besar berkembang dari saluran tersebut akibat adanya penyumbatan atau perubahan sel yang tidak terkendali.

3. Kista Paratuba

Jenis kista ini tergolong tidak ganas dan biasanya tidak memerlukan penanganan medis khusus karena bisa mengecil dengan sendirinya. 

Kista ini berisi cairan dan muncul di area sekitar saluran penghubung indung telur dengan rahim, serta dekat dengan ovarium.

4. Endometriosis

Gangguan ini terjadi ketika jaringan yang seharusnya berada di dalam lapisan rahim justru berkembang di luar lokasi normalnya. Diduga kuat, penyebabnya berkaitan dengan masalah pada aliran darah saat menstruasi. 

Gejala yang sering muncul antara lain nyeri hebat atau kram di bagian bawah perut maupun daerah panggul.

Penanganannya bisa dilakukan dengan konsumsi obat penghilang rasa sakit atau terapi hormonal untuk menekan pertumbuhan jaringan tersebut. 

Selain itu, pola hidup sehat melalui olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal juga dapat membantu mencegah kondisi ini sejak dini.

5. Torsi Saluran Reproduksi

Kondisi ini terjadi ketika saluran penghubung ovarium dan rahim mengalami puntiran atau terpelintir. Akibatnya, aliran darah ke area tersebut menjadi terhambat, yang kemudian dapat mengganggu fungsi normalnya. 

Jika tidak segera ditangani, situasi ini bisa berdampak pada kemampuan reproduksi perempuan.

6. Peradangan Saluran Reproduksi

Peradangan yang menyerang bagian saluran penghubung antara indung telur dan rahim bisa menyebabkan penebalan jaringan pada area tersebut. 

Gejala yang dirasakan sering kali menyerupai gangguan di area panggul, seperti rasa nyeri di bagian perut bawah dan perdarahan yang tidak biasa dari rahim. 

Terdapat dua tipe peradangan ini, yaitu bentuk dengan pembentukan benjolan dan bentuk tanpa benjolan.

Tipe yang membentuk benjolan bisa menyulitkan sel telur dalam melewati saluran reproduksi karena adanya penyempitan, sedangkan tipe yang tanpa benjolan biasanya dipicu oleh infeksi.

Kedua kondisi ini memerlukan penanganan segera karena berisiko menyebabkan kehamilan di luar kandungan hingga ketidakmampuan untuk memiliki anak.

7. Gangguan Kesuburan

Kondisi ini ditandai dengan tidak terjadinya kehamilan meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur selama setahun penuh tanpa alat kontrasepsi. 

Salah satu pemicu utamanya adalah hambatan dalam proses pelepasan sel telur dari indung telur. Jika proses tersebut terganggu, maka kemungkinan bertemunya sel telur dengan sperma menjadi sangat kecil.

Masalah kesuburan tidak hanya berasal dari pihak perempuan, karena pria juga bisa menjadi penyebabnya. 

Untuk pasangan yang istrinya masih di bawah usia 35 tahun, disarankan memeriksakan diri ke dokter jika belum juga dikaruniai anak setelah satu tahun menikah. 

Faktor-faktor yang dapat memicu masalah ini antara lain siklus menstruasi yang tidak teratur, gangguan hormonal seperti PCOS, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres berkepanjangan, diet ekstrem, serta kelebihan berat badan.

8. Pembengkakan Saluran Reproduksi

Gangguan ini terjadi ketika salah satu atau bahkan kedua saluran reproduksi mengalami pembesaran dan terisi oleh cairan yang kental. 

Kondisi ini berisiko menyebabkan peradangan serta penyumbatan pada saluran yang seharusnya dilalui oleh sel telur. 

Gangguan semacam ini juga menjadi salah satu penyebab ketidaksuburan pada perempuan, karena proses pembuahan menjadi terganggu akibat saluran yang tersumbat.

Memahami Sistem Organ Reproduksi Wanita

Sama seperti sistem organ lainnya, sistem reproduksi wanita juga memiliki struktur yang terdiri dari beberapa bagian, yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu bagian luar dan bagian dalam. 

Bagian luar dapat terlihat dengan mata, sementara bagian dalam tersembunyi di dalam tubuh. Nah, berikut ini adalah penjelasan mengenai struktur luar dari sistem reproduksi wanita atau yang biasa dikenal sebagai organ kewanitaan:

A. Bagian Luar

1. Mons Pubis

Merupakan bagian paling luar dari sistem reproduksi wanita yang letaknya berada di atas tulang kemaluan. Bentuknya menyerupai segitiga dan memiliki peran sebagai pelindung area di bawahnya. 

Di bagian ini terdapat lapisan lemak, jaringan kulit, jaringan ikat, serta kelenjar keringat dan akar rambut-rambut halus.

2. Labia Mayora

Bagian ini berupa lipatan menyerupai bentuk bibir, sehingga sering disebut juga sebagai bibir luar kemaluan. Labia mayora terbagi menjadi dua bagian, yaitu sisi luar dan sisi dalam. 

Sisi luar umumnya ditutupi oleh kulit yang memiliki folikel rambut dan lapisan sel epitel, sementara sisi dalamnya cenderung halus karena berisi jaringan lemak tanpa rambut atau kelenjar keringat.

3. Labia Minora

Disebut juga sebagai bibir kecil, bagian ini terletak di dalam lipatan labia mayora, tepat di sebelah pintu masuk organ kewanitaan. 

Berbeda dengan labia mayora, area ini tidak memiliki rambut, namun sangat kaya akan pembuluh darah sehingga tampak lebih sensitif dan berwarna lebih cerah.

4. Klitoris

Organ ini merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita yang letaknya tersembunyi di dalam area kewanitaan. Secara struktur, klitoris memiliki kesamaan dengan penis pada pria, baik dari segi bentuk maupun posisi anatominya. 

Namun, perbedaan utamanya terletak pada arah pertumbuhan: klitoris berkembang ke dalam tubuh, sementara penis tumbuh keluar.

5. Hymen

Adalah lapisan tipis berbentuk membran yang menutupi sebagian lubang organ kewanitaan. Umumnya, lapisan ini terletak sekitar 1 hingga 2 sentimeter dari bagian luar. 

Perlu diketahui bahwa struktur hymen bisa berbeda pada setiap individu, dan seiring pertumbuhan organ kewanitaan, lapisan ini juga mengalami perubahan.

Meskipun mayoritas perempuan terlahir dengan hymen, namun ada pula yang tidak memilikinya sejak lahir.

6. Vestibulum

Merupakan area berbentuk rongga yang terletak di antara lipatan labia minora. Bagian ini berfungsi sebagai tempat keluarnya dua saluran utama, yaitu saluran urin (uretra) dan saluran reproduksi.

B. Bagian Dalam

1. Vagina

Merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita yang berbentuk seperti saluran atau tabung memanjang. Organ ini berperan penting dalam proses hubungan seksual serta menjadi jalur keluarnya bayi saat persalinan.

2. Rahim (Uterus)

Bagian ini termasuk salah satu organ utama dalam sistem reproduksi perempuan. Rahim terhubung langsung dengan serviks (leher rahim), yang pada gilirannya tersambung ke vagina dan saluran tuba. 

Selama kehamilan, janin akan berkembang di dalam rahim hingga waktu melahirkan tiba.

3. Saluran Tuba (Tuba Falopi)

Merupakan jalur yang menghubungkan antara indung telur dan rahim. Saluran inilah tempat bertemunya sel telur dan sel sperma yang akan memicu proses pembuahan. 

Selain itu, di bagian ini juga berlangsung tahapan awal pembelahan embrio sebelum berpindah dan menempel di dinding rahim.

4. Indung Telur (Ovarium)

Organ ini berfungsi sebagai tempat produksi sel telur pada wanita. Letaknya berada di sisi kanan dan kiri rahim, dengan bentuk menyerupai bulatan lonjong. 

Ovarium tidak hanya memproduksi sel telur, tetapi juga berperan dalam memproduksi hormon reproduksi.

Sebagai penutup, mengetahui fungsi oviduk penting agar kamu lebih memahami peran organ ini dalam sistem reproduksi dan menjaga kesehatan untuk mendukung peluang kehamilan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index