Rumus tetesan infus penting dipahami agar tahu jumlah tetesan cairan yang dibutuhkan tubuh dalam jangka waktu tertentu.
Untuk menghitungnya, diperlukan tiga hal utama, yaitu volume cairan infus yang akan diberikan, lama waktu pemberian, dan faktor tetes dari selang infus yang digunakan.
Meskipun umumnya dilakukan oleh tenaga medis profesional, tidak ada salahnya bagi kamu untuk memahami cara kerja perhitungannya.
Hal ini penting, karena kemampuan menghitung jumlah tetesan infus dengan tepat sama pentingnya dengan mengetahui dosis obat yang sesuai agar proses pemulihan berjalan optimal.
Dengan memahami rumus tetesan infus, kamu bisa lebih bijak dan waspada terhadap proses pemberian cairan melalui infus, terutama jika kamu atau orang terdekat sedang menjalani perawatan.
Pengertian Infus
Terapi infus atau intravena merupakan metode pemberian cairan atau obat ke dalam tubuh melalui pembuluh darah dengan kecepatan stabil dalam waktu tertentu.
Prosedur ini biasanya diberikan kepada pasien yang membutuhkan efek obat secara cepat atau harus menerima obat secara perlahan namun terus-menerus.
Berbeda dengan obat yang dikonsumsi lewat mulut, cairan atau obat yang diberikan melalui infus tidak perlu melalui sistem pencernaan terlebih dahulu.
Jika melalui sistem cerna, zat tersebut bisa terurai atau dipecah oleh enzim pencernaan sebelum diserap, sehingga efektivitasnya dapat berkurang.
Dengan menggunakan infus, zat yang diberikan bisa langsung masuk ke sirkulasi darah dan bekerja lebih optimal.
Pemasangan infus dilakukan dengan menusukkan jarum kecil ke pembuluh darah, umumnya di bagian lengan seperti siku, pergelangan tangan, atau punggung tangan. Namun, infus juga bisa dipasang di bagian tubuh lain seperti kaki.
Laju penyerapan cairan infus berbeda pada tiap pasien, tergantung pada kondisi fisik dan jenis penyakit yang diderita.
Jumlah tetesan per menit akan diawasi oleh tenaga medis, biasanya perawat, dengan menggunakan perhitungan khusus yang akan dibahas pada bagian berikutnya.
Tujuan Infus
Tujuan penggunaan infus bergantung pada jenis cairan yang diberikan kepada pasien. Secara umum, cairan infus dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu:
Cairan Kristaloid
Jenis cairan ini terdiri dari zat-zat seperti natrium klorida, natrium glukonat, natrium asetat, kalium klorida, magnesium klorida, dan glukosa.
Fungsinya meliputi menjaga keseimbangan elektrolit, membantu hidrasi, menstabilkan pH tubuh, serta untuk tindakan resusitasi. Beberapa contoh cairan kristaloid yang umum digunakan antara lain:
- Saline: Mengandung 0,9% natrium dan klorida, berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh.
- Ringer Laktat: Mengandung natrium, kalium, kalsium, klorida, laktat, dan air; digunakan dalam situasi dehidrasi atau kehilangan elektrolit.
- Dextrose: Mengandung gula sederhana yang digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah, terutama pada pasien yang mengalami hipoglikemia.
Cairan Koloid
Berbeda dengan kristaloid, cairan ini memiliki molekul yang lebih besar dan lebih berat. Biasanya diberikan kepada pasien dalam kondisi kritis, pasca operasi besar, atau saat dibutuhkan resusitasi cepat. Contoh cairan koloid meliputi:
- Gelatin: Mengandung protein dari hewan, berfungsi menjaga volume darah dalam tubuh.
- Albumin: Menggantikan kadar albumin yang hilang akibat cedera serius, operasi, atau infeksi berat.
- Dekstran: Merupakan polimer glukosa yang membantu pemulihan kondisi tubuh akibat kehilangan darah dalam jumlah besar.
Manfaat Infus
Metode ini digunakan untuk menangani pasien yang kehilangan cairan dan elektrolit karena dehidrasi.
Selain itu, infus juga diberikan kepada individu yang tidak mampu mengonsumsi makanan dan minuman secara normal, sehingga kebutuhan nutrisinya tidak tercukupi.
Kapan Harus Melakukan Infus?
Tidak semua kondisi kesehatan memerlukan penanganan dengan infus. Terapi ini umumnya diberikan pada situasi darurat ketika tubuh membutuhkan asupan obat secara cepat, seperti pada kasus serangan jantung, keracunan, atau stroke.
Dalam keadaan seperti ini, pemberian obat melalui mulut tidak efektif karena proses penyerapan ke aliran darah terlalu lama, yang dapat memperburuk kondisi pasien.
Infus juga diperlukan saat pasien mengalami kehilangan cairan yang signifikan akibat muntah atau diare berkepanjangan.
Melalui infus, cairan dan elektrolit dapat segera digantikan agar keseimbangan tubuh tetap terjaga. Beberapa kondisi medis yang umumnya membutuhkan infus meliputi:
- Kehilangan cairan tubuh yang ekstrem.
- Terpapar zat beracun melalui makanan.
- Gangguan peredaran darah ke otak.
- Masalah jantung akut.
- Sistem kekebalan tubuh yang terganggu.
- Infeksi berat.
- Terapi kanker seperti kemoterapi.
- Penyakit radang yang berlangsung lama.
Prosedur Infus
Langkah awal dalam prosedur infus adalah penentuan jenis cairan yang sesuai dengan kondisi pasien oleh tenaga medis.
Setelah itu, cairan akan dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui penyuntikan pada kulit yang telah disterilkan sebelumnya. Pemberian infus ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan berpengalaman.
Proses ini bisa dilakukan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit atau klinik. Bagi yang ingin menjalani prosedur ini, disarankan untuk terlebih dahulu membuat janji temu dengan pihak medis.
Persiapan Cara Menghitung Tetesan Infus
Untuk memahami cara menghitung jumlah tetesan cairan infus, diperlukan beberapa peralatan dasar seperti jarum dan alat suntik yang digunakan untuk mengambil cairan atau obat dari botol.
Selain itu, dibutuhkan juga flush guna mendorong cairan masuk ke dalam selang infus atau kantong cairan.
Terdapat dua metode pemberian cairan melalui infus berdasarkan faktor tetes, yaitu set makro dan set mikro:
Set Makro
Dalam metode ini, untuk setiap 1 mL cairan, lubang infus dibuka dengan diameter lebih besar sehingga jumlah tetesan lebih sedikit, biasanya sekitar 10 hingga 20 tetes per mililiter.
Set Mikro
Metode ini melibatkan bukaan tetesan yang lebih kecil, sehingga dalam 1 mL cairan bisa keluar sekitar 45 hingga 60 tetes.
Pemilihan metode set makro atau mikro disesuaikan dengan instruksi medis dan kebutuhan pasien. Umumnya, jika cairan yang digunakan bersifat bening dan encer, perawat akan menggunakan set dengan 20 tetes per mililiter.
Namun jika cairan bersifat lebih kental seperti darah, maka digunakan set yang menghasilkan 15 tetes per mililiter.
Faktor Tetes Infus
Macro Drip Factor (Faktor Tetes Makro)
Di Indonesia, terdapat dua jenis faktor tetes makro yang umum digunakan, tergantung pada merek infus set-nya. Infus set merek Otsuka memiliki faktor tetes 15 tetes per mililiter, sedangkan merek Terumo menggunakan 20 tetes per mililiter.
Faktor tetes sebesar 10 tetes per mililiter tergolong jarang digunakan, namun masih bisa ditemui di rumah sakit rujukan nasional, pusat pendidikan kedokteran, atau rumah sakit umum besar.
Umumnya, faktor tetes makro dipakai untuk menghitung kebutuhan cairan bagi pasien dewasa. Dalam prosedur transfusi darah pun, sering kali digunakan faktor tetes sebesar 15 tetes per mililiter.
Micro Drip Factor (Faktor Tetes Mikro)
Berbeda dari pasien dewasa, bayi atau anak dengan berat badan di bawah 7 kg memerlukan perhitungan yang berbeda. Dalam hal ini, digunakan infus set dengan faktor tetes mikro sebesar 60 tetes per mililiter.
Rumus Tetesan Infus
Dalam proses pemberian infus secara otomatis, perawat cukup mengatur volume cairan yang harus diberikan serta durasi waktu pemberiannya melalui mesin.
Namun, jika infus dilakukan secara manual, perhitungan jumlah tetesan per menit atau TPM harus dilakukan secara tepat. Untuk mengetahui angka TPM ini, digunakan rumus tetesan infus, yaitu:
(faktor tetes × volume cairan) / (60 × durasi pemberian dalam jam).
Faktor tetes menjadi unsur penting dalam perhitungan tersebut, dan biasanya dipilih berdasarkan jenis infus set yang digunakan, apakah makro atau mikro.
Misalnya, jika seorang pasien memerlukan 500 mL cairan dalam waktu 8 jam dengan faktor tetes 20, maka perhitungannya sebagai berikut:
(500 × 20) / (60 × 8) = 20,83.
Jadi, pasien akan menerima kurang lebih 20 hingga 21 tetes per menit hingga cairan infus habis dan harus diganti.
Mengenal Jenis Cairan Infus
Setelah memahami metode dan cara perhitungan jumlah tetesan infus, langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah mengenali berbagai jenis cairan infus yang digunakan.
Berdasarkan fungsinya, cairan infus terbagi dalam empat kategori utama, yaitu cairan untuk pemeliharaan, cairan untuk mengganti kehilangan, cairan dengan kegunaan khusus, dan cairan nutrisi.
1. Cairan Pemeliharaan
Jenis cairan ini diberikan kepada pasien yang tidak mampu mencukupi kebutuhan elektrolit secara mandiri, namun kondisinya belum masuk dalam kategori berat atau kronis.
Tujuan utama pemberiannya adalah untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, mengganti kehilangan cairan yang tidak disadari (sekitar 500–1000 mL), mempertahankan fungsi tubuh tetap normal, dan membantu proses pembuangan limbah melalui ginjal (sekitar 500–1500 mL).
Jenis larutan yang digunakan dalam kelompok ini antara lain larutan natrium klorida 0,9%, glukosa 5%, kombinasi glukosa dan salin, serta ringer laktat atau asetat. Pemberian cairan ini tetap harus berdasarkan keputusan tenaga medis profesional.
2. Cairan Pengganti
Kelompok cairan ini ditujukan bagi pasien yang mengalami kehilangan elektrolit dalam jumlah besar atau mengalami gangguan distribusi cairan dalam tubuh.
Biasanya digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan pada sistem pencernaan seperti ileostomi, fistula, atau drainase baik dari hidung maupun hasil operasi, serta gangguan sistem urin, terutama pada fase pemulihan dari gagal ginjal akut.
3. Cairan Khusus
Jenis cairan ini meliputi larutan kristaloid seperti natrium bikarbonat 7,5% atau kalsium glukonas. Penggunaan cairan ini ditujukan untuk mengatasi ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh yang membutuhkan penanganan segera.
4. Cairan Nutrisi
Cairan ini diberikan ketika pasien tidak mampu mengonsumsi makanan melalui mulut, baik karena alasan medis maupun kondisi fisik tertentu. Pemberian cairan nutrisi diperlukan dalam situasi seperti:
- Adanya gangguan penyerapan makanan, misalnya fistula enterokutaneus, penyumbatan usus halus, kolitis infeksius, atau atresia intestinal.
- Kondisi medis yang menuntut sistem pencernaan untuk beristirahat, seperti pankreatitis akut, malnutrisi berat sebelum operasi, stenosis arteri mesenterika, diare kronis, atau angina intestinal.
- Masalah pergerakan usus, termasuk ileus berkepanjangan, gangguan seperti pseudo-obstruksi, serta skleroderma.
- Gangguan pola makan seperti muntah terus-menerus, gangguan sirkulasi darah, atau hiperemesis gravidarum saat kehamilan.
Contoh Soal Menghitung Tetesan Infus Makro
Soal 1
Seorang pasien akan diberikan larutan NaCl 0,9% sebanyak 250 cc dalam waktu 2 jam. Diketahui bahwa alat infus memiliki faktor tetes sebanyak 15 tetes per mililiter. Berapa jumlah tetesan tiap menitnya?
Penyelesaian:
Rumus menghitung tetesan per menit:
TPM = (jumlah cairan x faktor tetes) / (durasi waktu dalam menit)
TPM = (250 x 15) / (2 x 60)
TPM = 3750 / 120
TPM = 31,25
Hasil pembulatan: 32 tetes per menit
Soal 2
Seorang pasien akan menerima larutan NaCl 0,9% sebanyak 250 cc selama 10 jam. Alat infus yang digunakan memiliki faktor tetes sebanyak 60 tetes per mililiter. Berapa tetesan yang diperlukan tiap menit?
Penyelesaian:
TPM = (volume cairan x faktor tetes) / (lama infus dalam menit)
TPM = (250 x 60) / (10 x 60)
TPM = 15000 / 600
Hasil akhir: 25 tetes per menit
Soal 3
Larutan sebanyak 500 cc harus habis dalam waktu 10 jam. Hitung jumlah tetesan setiap menit jika digunakan alat dengan faktor tetes 20 tetes/mL.
Penyelesaian:
TPM = (jumlah cairan x faktor tetes) / (durasi pemberian dalam menit)
TPM = (500 x 20) / (10 x 60)
TPM = 10000 / 600
TPM = 16,6
Hasil pembulatan: 17 tetes per menit
Soal 4
Pasien mendapatkan cairan sebanyak 500 cc yang harus dituntaskan dalam waktu 12 jam. Gunakan alat infus dengan faktor tetes 60 tetes/mL. Hitung tetesan per menitnya.
Penyelesaian:
TPM = (volume cairan x faktor tetes) / (lama pemberian dalam menit)
TPM = (500 x 60) / (12 x 60)
TPM = 30000 / 720
TPM = 41,6 tetes per menit
Jika ingin mengetahui interval waktunya:
60 detik / 41,6 ? 1 tetes setiap 1,4 detik
Soal 5
Pasien menerima infus NaCl 0,9% sebanyak 500 cc dengan kecepatan 40 tetes per menit. Hitung berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga cairan tersebut habis, bila faktor tetes yang digunakan adalah 60 tetes/mL.
Penyelesaian:
Waktu (jam) = (volume cairan x faktor tetes) / (jumlah tetes per menit x 60)
Waktu = (500 x 60) / (40 x 60)
Waktu = 30000 / 2400
Hasil akhir: 12,5 jam
Sebagai penutup, memahami rumus tetesan infus sangat membantu dalam menentukan jumlah cairan yang masuk ke tubuh secara tepat sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.