Penyebab heartburn mungkin pernah dirasakan oleh sebagian orang dengan sensasi terbakar dan nyeri di dada.
Tidak perlu panik karena kondisi ini umum terjadi. Namun, jika terjadi berulang dan mengganggu aktivitas, harus ditangani serius oleh tenaga profesional.
Melansir dari laman Alodokter.com, heartburn adalah nyeri di ulu hati yang muncul di tengah dada atau tepat di atas perut. Rasa tidak nyaman ini sering disertai rasa pahit dan asam di mulut.
Gejala bisa memburuk setelah makan besar atau saat berbaring. Perlu diketahui bahwa heartburn tidak berhubungan dengan jantung.
Penyebab heartburn adalah naiknya asam lambung ke kerongkongan (esofagus), sehingga menimbulkan rasa terbakar di bagian atas perut atau dada bawah.
Heartburn terjadi saat otot berbentuk cincin (sfingter) yang menjadi katup antara kerongkongan dan lambung tidak menutup dengan sempurna. Seharusnya otot ini berkontraksi setelah makanan masuk lambung.
Jika otot sfingter lemah, makanan bercampur asam lambung bisa kembali ke kerongkongan.
Asam lambung yang naik mengiritasi dinding kerongkongan dan menyebabkan nyeri terbakar di dada. Merangkum dari laman Alodokter.com, pemicu heartburn antara lain:
- Makan dalam jumlah melebihi kapasitas lambung.
- Mengonsumsi makanan pedas.
- Tekanan pada lambung, misalnya karena kehamilan, sembelit, atau obesitas.
- Mengkonsumsi kafein, buah sitrus, alkohol, atau cokelat.
- Segera berbaring setelah makan.
- Minum obat tertentu seperti aspirin atau ibuprofen.
- Stres dan kurang tidur.
Gejala heartburn berbeda tiap orang, namun yang umum adalah sensasi panas terbakar di dada dan tenggorokan. Melansir laman Hallosehat.com, gejala umum heartburn:
- Nyeri atau perih dada, biasanya setelah makan atau malam hari.
- Sakit dada saat berbaring, menunduk, atau makan.
- Rasa pahit atau asam di mulut.
- Sering terbangun tidur.
- Rasa terbakar di tenggorokan.
- Ada cairan yang terasa naik dari tenggorokan.
- Nyeri dada yang sangat parah.
- Kesulitan bernapas.
- Kesulitan menelan saat makan.
- Sakit kepala berlebihan.
- Heartburn terjadi beberapa kali dalam seminggu.
- Mual dan muntah, bahkan setelah minum obat bebas.
- Muntah darah atau keluar darah saat buang air.
- Penurunan kemampuan mengecap rasa dan berat badan menurun.
Nyeri dada akibat heartburn dan serangan jantung sulit dibedakan karena tanda mirip. Usia penderitanya sama-sama dewasa atau yang berat badan berlebih.
Untuk membedakan, lihat area sakitnya. Nyeri di bawah tulang rusuk dan atas perut menunjukkan heartburn.
Gejala lain heartburn adalah rasa asam di mulut, ingin muntah, atau rasa terbakar di tenggorokan setelah makan.
Sedangkan serangan jantung gejalanya seperti berkeringat dingin, sesak napas, pusing, serta nyeri dada yang menekan dan menjalar ke bahu, leher, atau punggung.
Penyebab Heartburn
Dalam kondisi tubuh yang sehat, terdapat otot di bagian bawah kerongkongan yang berfungsi mencegah asam lambung mengalir kembali ke saluran tersebut.
Otot ini akan terbuka saat menelan makanan atau minuman, lalu segera menutup untuk menjaga agar asam tetap berada di lambung.
Namun, jika kekuatan otot ini menurun, asam lambung bisa naik kembali ke kerongkongan dan memunculkan sensasi terbakar di area dada, yang dikenal sebagai heartburn.
Salah satu penyebab heartburn adalah lemahnya fungsi otot tersebut, seperti dijelaskan dalam laman Hallosehat.com.
Makanan dan Minuman
Jenis makanan serta minuman tertentu dapat memengaruhi fungsi otot di bagian bawah kerongkongan. Disarankan untuk menghindari konsumsi makanan yang bersifat pedas, tinggi lemak, maupun yang memiliki rasa asam.
Beban atau Tekanan pada Perut
Tekanan berlebih pada lambung dan otot kerongkongan dapat menyebabkan keduanya melemah dan memungkinkan asam lambung naik kembali.
Beberapa aktivitas seperti olahraga intens, batuk keras, kelebihan berat badan, serta kondisi kehamilan dapat menimbulkan tekanan tambahan pada bagian perut.
Riwayat Penyakit
Kondisi kesehatan seseorang juga dapat memicu rasa panas di dada. Beberapa penyakit seperti hernia hiatal, diabetes, serta gangguan autoimun seperti skleroderma, sindrom CREST, dan fenomena Raynaud diketahui berkaitan dengan munculnya gejala tersebut.
Posisi Tubuh
Dalam posisi berbaring, kekuatan otot di bagian bawah kerongkongan cenderung menurun. Kondisi ini terutama terjadi setelah makan dan dapat menyebabkan cairan lambung lebih mudah kembali naik ke kerongkongan.
Gaya Hidup
Kebiasaan hidup yang kurang sehat bisa menjadi pemicu munculnya rasa tidak nyaman di dada.
Contohnya seperti kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, terlalu sering minum minuman berkafein, serta kebiasaan lain yang bisa memengaruhi naiknya asam dari lambung ke kerongkongan.
Obat-Obatan Tertentu
Penggunaan beberapa jenis obat dapat mengganggu fungsi otot yang mengatur aliran antara lambung dan kerongkongan.
Saat seseorang menjalani pengobatan untuk penyakit jantung, gangguan pernapasan, atau tekanan darah tinggi, maka kemungkinan timbulnya rasa terbakar di dada bisa meningkat.
Makanan dan Minuman yang Memicu Heartburn
Setiap jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat memberikan dampak terhadap kondisi tubuh secara keseluruhan.
Berdasarkan informasi dari Hallosehat.com, berikut ini adalah beberapa jenis makanan yang dapat memicu sensasi panas pada bagian dada:
Makanan Pedas
Kandungan capsaicin dalam makanan pedas bisa memperlambat kerja sistem pencernaan dan meningkatkan kemungkinan timbulnya rasa tidak nyaman di dada.
Selain itu, makanan dengan rasa pedas berpotensi menimbulkan iritasi pada dinding kerongkongan sehingga dapat memperburuk rasa perih yang dirasakan.
Makanan Berlemak
Kandungan lemak dalam makanan dapat mengurangi kekuatan otot yang berfungsi menahan asam lambung agar tidak naik kembali.
Hal ini disebabkan oleh pelepasan hormon kolekistokinin (CCK) yang dapat dipicu oleh makanan berlemak, sehingga memperbesar peluang naiknya asam lambung.
Mint
Banyak orang mengira bahwa peppermint dan spearmint dapat membantu meredakan gangguan pada sistem pencernaan.
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi mint secara berlebihan justru dapat menyebabkan iritasi pada kerongkongan dan memperparah sensasi terbakar di dada.
Makanan dan Minuman yang Mengandung Citrus
Sebuah penelitian yang melibatkan 400 orang dengan keluhan sensasi panas di dada menemukan bahwa sekitar 73% dari mereka mengalami gejala setelah mengonsumsi jus jeruk.
Walau begitu, masih belum ditemukan penjelasan ilmiah yang kuat mengenai kaitan langsung antara kandungan citrus dengan kemunculan gejala tersebut.
Minuman Bersoda
Konsumsi minuman atau makanan yang mengandung soda dapat memperparah produksi asam di lambung dan turut berpengaruh terhadap penurunan fungsi otot di bagian bawah kerongkongan.
Cokelat
Dalam cokelat terkandung zat seperti kafein, serotonin, serta theobromine yang diketahui dapat menurunkan kekuatan otot penghalang antara lambung dan kerongkongan.
Kopi
Kopi dikenal memiliki kandungan kafein dalam jumlah tinggi. Zat ini dapat merangsang peningkatan asam lambung yang berujung pada munculnya sensasi panas di bagian dada.
Bawang Bombay
Kandungan serat di dalam bawang Bombay juga berpotensi mendorong peningkatan produksi asam dalam lambung. Bahan makanan ini bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya gangguan pencernaan, meskipun tidak mengandung kafein atau soda.
Alkohol
Minuman beralkohol, terutama jenis anggur dan bir, dapat merangsang produksi asam dalam lambung serta menyebabkan iritasi pada dinding kerongkongan.
Kedua efek ini menjadikan alkohol sebagai salah satu pemicu munculnya rasa tidak nyaman di area dada.
Pengobatan dan Pencegahan Hearburn
Ketika seseorang berkonsultasi ke dokter karena mengalami sensasi panas di dada, biasanya dokter akan menyarankan perubahan pola makan, menjalani jenis diet tertentu, memperbaiki gaya hidup, atau meresepkan obat-obatan yang sesuai.
Namun, apabila belum ada kepastian apakah kondisi tersebut cukup parah hingga menimbulkan kerusakan pada organ lain, biasanya dokter akan merekomendasikan serangkaian pemeriksaan tambahan.
Berdasarkan informasi dari Hallosehat.com, berikut ini beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat gangguan pada organ lain:
Endoskopi Gastrointestinal
Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan alat berkamera kecil melalui mulut untuk memantau kondisi bagian dalam kerongkongan.
Tes ini berguna untuk mengidentifikasi penyebab gangguan serta kemungkinan adanya komplikasi yang terjadi di bagian tersebut.
Manometri Esofagus
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah kerongkongan berfungsi secara normal. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan jika hasil endoskopi tidak menunjukkan adanya gangguan, tetapi pasien masih mengalami keluhan rasa sakit.
X-ray
Pemeriksaan radiologi ini digunakan untuk menghasilkan gambaran visual yang jelas dari bagian kerongkongan dan dada, guna membantu mendeteksi adanya masalah pada area tersebut.
Ambulatory Acid Probe
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan agar asam dari lambung mencapai kerongkongan.
Untuk menangani keluhan nyeri dan sensasi terbakar di dada, tersedia beberapa jenis obat yang umum digunakan, antara lain:
- Antasida, yang berfungsi untuk menetralkan kelebihan asam dalam lambung secara cepat.
- Antagonis reseptor H2 (H2RA), berfungsi menekan produksi asam lambung serta meredakan rasa tidak nyaman.
- Inhibitor pompa proton (PPI), seperti omeprazole dan lansoprazole, yang bekerja lebih efektif untuk mengurangi asam di lambung.
Pencegahan terhadap gangguan ini juga bisa dilakukan dengan menerapkan kebiasaan hidup yang lebih sehat. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga kebugaran tubuh:
Menjaga Berat Badan
Menurunkan risiko gangguan lambung dapat dilakukan dengan mempertahankan berat badan ideal. Cara yang dianjurkan adalah mengikuti pola makan sehat yang telah disesuaikan dengan arahan dari tenaga medis.
Hindari Makan Berlebihan
Dianjurkan untuk makan dalam porsi kecil namun lebih sering, dibandingkan makan dalam jumlah besar sekaligus dalam satu waktu.
Gunakan Pakaian yang Longgar
Pakaian yang terlalu ketat, baik di bagian perut maupun pinggang, bisa menambah tekanan di area perut dan memicu naiknya asam lambung yang menyebabkan rasa tidak nyaman di dada.
Olahraga
Aktivitas fisik secara rutin berperan penting dalam menjaga berat badan tetap ideal serta mendukung kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Hindari Makan Menjelang Tidur
Mengonsumsi makanan terlalu dekat dengan waktu tidur dapat menyebabkan isi lambung naik ke kerongkongan karena posisi tubuh saat berbaring.
Ubah Pola Konsumsi Makanan
Sebaiknya batasi atau hindari makanan yang tinggi lemak, terlalu pedas, minuman bersoda, kopi, cokelat, dan jenis makanan lain yang bisa mengganggu sistem pencernaan.
Hindari Langsung Berbaring Setelah Makan
Sesudah makan, sebaiknya tubuh tidak langsung dalam posisi rebahan. Disarankan menunggu setidaknya tiga jam sebelum berbaring agar proses pencernaan tidak terganggu, terlebih jika sebelumnya mengonsumsi makanan dalam jumlah besar.
Jauhi Rokok dan Alkohol
Zat yang terkandung dalam rokok dan minuman beralkohol dapat merangsang peningkatan asam di lambung. Dengan menghentikan kebiasaan tersebut, risiko gangguan pencernaan dapat ditekan dan kondisi tubuh pun lebih terjaga.
Asam Lambung dan Heartburn Berbeda
Rasa sakit di bagian ulu hati tidak selalu berarti mengalami sensasi panas di dada. Keluhan ini juga bisa menjadi pertanda adanya gangguan lambung seperti gastroesophageal reflux disease atau yang biasa dikenal dengan GERD.
Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri di ulu hati, rasa terbakar di dada, dan berbagai keluhan lain yang muncul di area perut bagian atas dan bawah dada.
Penderita GERD umumnya mengalami refluks asam dalam intensitas ringan setidaknya dua kali dalam satu minggu. Namun, ada juga yang merasakan gejala lebih berat, meskipun hanya terjadi satu kali seminggu.
Karena itu, penanganan dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup menjadi penting untuk membantu meredakan frekuensi asam lambung yang naik.
Naiknya asam lambung biasanya ditandai dengan rasa tidak enak di mulut seperti pahit atau asam, serta sensasi terbakar dan nyeri di bagian dada maupun ulu hati.
Gejala ini umumnya akan terasa lebih parah saat tubuh dalam posisi membungkuk, setelah makan, atau ketika berbaring.
Berdasarkan informasi dari Alodokter.com, keluhan akibat GERD tidak hanya terbatas pada gejala tersebut. Berikut ini adalah sejumlah tanda lain yang dapat menyertai kondisi ini:
- Gangguan pernapasan, seperti batuk terus-menerus atau rasa sesak di dada. Pada penderita asma, gejalanya bisa kambuh berbarengan dengan refluks asam.
- Perubahan suara menjadi lebih serak.
- Timbul rasa mual disertai muntah.
- Rasa tidak nyaman di tenggorokan.
- Keluarnya isi lambung ke mulut secara tidak sadar.
- Sulit menelan atau munculnya sensasi seolah ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan.
- Gangguan saat tidur.
- Napas menjadi bau.
- Kerusakan pada gigi akibat paparan asam yang berulang.
Karena gejalanya menyerupai nyeri di dada, GERD kerap disangka sebagai tanda serangan jantung. Meski begitu, keduanya memiliki ciri khas masing-masing yang membedakan satu dengan lainnya.
Pada serangan jantung, keluhan nyeri di dada atau ulu hati terasa sangat intens dan bisa menyebar ke area leher, rahang, atau lengan. Biasanya, kondisi ini terjadi setelah seseorang melakukan aktivitas fisik berat.
Berbeda dengan itu, GERD cenderung ditandai oleh rasa nyeri yang disertai rasa asam di mulut, tanpa dipicu oleh aktivitas fisik.
Rasa nyeri tersebut juga tidak menjalar ke bagian tubuh lain seperti leher atau lengan, melainkan akan semakin terasa ketika tubuh dalam posisi berbaring.
Untuk mengatasi gangguan ini, laman Alodokter.com memberikan beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Mengurangi berat badan jika berada di atas batas ideal.
- Menghentikan kebiasaan merokok.
- Meninggikan posisi kepala saat tidur.
- Menghindari posisi berbaring atau tidur dalam 2 hingga 3 jam setelah makan.
- Menjauhi makanan atau minuman yang bisa menyebabkan kenaikan asam lambung seperti makanan pedas, berlemak, cokelat, mint, dan minuman berkafein seperti kopi.
- Tidak mengenakan pakaian yang terlalu ketat di sekitar area perut.
Sebagai penutup, memahami berbagai penyebab heartburn dapat membantumu mencegah gejalanya sejak dini dan menjaga kesehatan sistem pencernaan tetap optimal setiap hari.