Batu Bara

Harga Batu Bara Berpeluang Bangkit Usai Tekanan Tren Negatif

Harga Batu Bara Berpeluang Bangkit Usai Tekanan Tren Negatif
Harga Batu Bara Berpeluang Bangkit Usai Tekanan Tren Negatif

JAKARTA - Harga batu bara tengah menghadapi fase penurunan dalam beberapa waktu terakhir, namun di sisi lain masih terdapat peluang untuk bangkit dari tekanan tersebut. Pergerakan harga yang belakangan mencatat pelemahan beruntun tidak serta-merta menghilangkan potensi rebound di tengah dinamika pasar energi global. Batu bara sebagai salah satu komoditas penting dunia kini berada di persimpangan antara tantangan transisi energi dan harapan perbaikan harga dalam jangka pendek.

Dalam perdagangan terakhir, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan depan tercatat ditutup di level US$ 103,85 per ton. Posisi tersebut mengalami koreksi 1,84% dibandingkan perdagangan sebelumnya. Dengan hasil ini, batu bara menorehkan penurunan selama dua hari berturut-turut. Secara kumulatif, penurunan dua hari terakhir mencapai 3,44%.

Tidak hanya itu, jika dilihat dalam periode sepekan, harga batu bara terkoreksi hingga 4,55%. Sementara dalam satu bulan terakhir, penurunan lebih dalam tercatat sebesar 7,48%. Rangkaian data ini menunjukkan bagaimana tren pelemahan cukup konsisten membayangi pergerakan harga batu bara.

Transisi Energi Jadi Tantangan

Tekanan terhadap harga batu bara tidak terlepas dari transformasi global menuju energi baru terbarukan. Dengan semakin masifnya penggunaan energi hijau, permintaan terhadap batu bara perlahan mulai tertekan. China sebagai konsumen terbesar batu bara dunia kini justru berperan penting dalam pengembangan energi ramah lingkungan.

Investasi asing dari China di bidang teknologi hijau sejak 2022 dilaporkan sudah mencapai kisaran US$ 227 miliar hingga US$ 250 miliar. Sementara itu, pada periode 2023 hingga 2024, investasi di sektor manufaktur hijau menembus angka US$ 66 miliar hingga US$ 72 miliar. Angka tersebut mencerminkan keseriusan China dalam mendorong pengembangan energi terbarukan.

Tidak hanya di dalam negeri, investasi hijau China juga meluas ke berbagai belahan dunia. Saat ini, lima benua telah menjadi tujuan investasi mereka. Indonesia termasuk salah satu negara yang mendapat porsi besar dalam arus investasi hijau tersebut. Fakta ini semakin menegaskan bagaimana pergeseran global menuju energi ramah lingkungan tidak bisa dihindari, dan pada akhirnya memberikan tekanan terhadap permintaan batu bara.

Analisis Teknikal Memberi Harapan

Meski harga batu bara sedang menghadapi tren negatif, sinyal teknikal memberikan indikasi adanya peluang untuk bangkit. Dalam analisis teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), harga batu bara memang masih berada di zona bearish. Hal ini tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang tercatat pada level 20.

RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang berada dalam kondisi bearish, sementara level di bawah 30 menandakan kondisi jenuh jual atau oversold. Dengan RSI yang sudah jauh di bawah batas tersebut, potensi pembalikan arah harga mulai terbuka.

Sinyal oversold semakin kuat ketika indikator Stochastic RSI juga menunjukkan angka 0. Posisi ini mengindikasikan kondisi sangat jenuh jual, yang biasanya menjadi salah satu tanda potensi perbaikan harga dalam waktu dekat.

Dengan kondisi tersebut, ada kemungkinan harga batu bara mengalami rebound. Saat ini pivot point berada pada kisaran US$ 106 per ton. Jika mampu menembus level ini, harga batu bara berpeluang menguji resisten terdekat di US$ 108 per ton yang bertepatan dengan Moving Average (MA) 10.

Resisten lanjutan bisa ditemukan di rentang US$ 109 hingga US$ 111 per ton. Apabila mampu menembus level ini, peluang penguatan harga semakin terbuka. Sebaliknya, jika harga kembali terkoreksi, target support terdekat ada di level US$ 102 per ton. Penembusan di bawah titik ini dapat membawa harga melemah lebih dalam ke kisaran US$ 96 hingga US$ 93 per ton.

Prospek ke Depan

Pergerakan harga batu bara ke depan akan sangat dipengaruhi oleh dinamika global, baik dari sisi permintaan energi tradisional maupun perkembangan energi baru terbarukan. Meski tren penurunan masih dominan dalam jangka pendek, peluang rebound tetap ada jika indikator teknikal terus memberikan sinyal jenuh jual.

Selain itu, faktor fundamental seperti kebutuhan energi musiman di beberapa negara, kebijakan impor, serta kondisi geopolitik juga berpotensi memberikan dorongan bagi harga batu bara. Di sisi lain, komitmen global terhadap energi bersih tetap akan menjadi faktor penekan utama dalam jangka panjang.

Bagi pelaku pasar, kondisi saat ini menuntut kewaspadaan ekstra. Meski harga sedang berada di bawah tekanan, peluang jangka pendek tetap dapat dimanfaatkan. Investor perlu mencermati pergerakan harga di sekitar pivot point dan resisten yang sudah disebutkan sebelumnya.

Harapan dari Investasi Hijau

Menariknya, meskipun investasi hijau global memberi tantangan bagi batu bara, hal ini sekaligus membuka peluang baru bagi negara-negara seperti Indonesia. Dengan menjadi tujuan utama investasi hijau, Indonesia bisa memperkuat transisi energinya sendiri, sehingga secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan pada batu bara.

Dengan langkah tersebut, Indonesia dapat memanfaatkan momentum transisi energi untuk memperkuat sektor lain, misalnya pengembangan energi baru terbarukan domestik. Meski dalam jangka pendek batu bara masih akan memainkan peran penting, arah ke depan jelas menunjukkan pergeseran menuju energi bersih.

Harga batu bara saat ini sedang berada dalam tren negatif, dengan penurunan signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Namun, indikator teknikal memberi sinyal adanya peluang rebound dari kondisi jenuh jual. Pivot point, resisten, dan support menjadi kunci penting dalam membaca potensi pergerakan harga ke depan.

Di tengah tantangan transisi energi global, pelaku pasar diharapkan tetap cermat memanfaatkan peluang jangka pendek. Pada saat yang sama, arah kebijakan energi hijau global harus terus dipantau sebagai faktor fundamental jangka panjang. Dengan keseimbangan tersebut, prospek batu bara masih terbuka untuk mengalami perbaikan meski harus menghadapi tekanan yang semakin besar dari tren energi terbarukan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index