Perbedaan introvert dan ekstrovert kerap menjadi topik yang ramai dibahas di tengah masyarakat modern saat ini.
Dua tipe kepribadian ini memang sering kali dibandingkan, bahkan bisa memicu perdebatan di kalangan orang-orang yang ingin memahaminya lebih dalam.
Pada dasarnya, introvert dan ekstrovert adalah karakteristik yang secara alami ada dalam diri seseorang dan membentuk cara mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Orang dengan kepribadian ekstrovert umumnya digambarkan sebagai individu yang gemar berinteraksi sosial, mudah menjalin pertemanan, serta dikenal ramah dan terbuka.
Mereka biasanya merasa bersemangat saat berada di tengah keramaian atau saat melakukan aktivitas sosial.
Sementara itu, individu yang memiliki kecenderungan introvert sering kali dianggap sebagai kebalikan dari ekstrovert. Namun sebenarnya, introvert bukan sekadar “anti sosial”.
Mereka lebih memilih suasana yang tenang dan cenderung merasa lebih nyaman ketika menghabiskan waktu sendiri atau bersama orang-orang terdekat dalam kelompok kecil.
Untuk bisa benar-benar memahami bagaimana perbedaan introvert dan ekstrovert bekerja dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk mengenali karakteristik keduanya secara lebih menyeluruh dan objektif, tanpa terburu-buru memberi label negatif terhadap salah satu tipe.
Kenali Introvert dan Ekstrovert Menurut Pencetusnya
Sebelum memahami dua jenis karakter ini secara langsung dari tokoh yang mengenalkannya, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu sosok di balik konsep tersebut: Carl Gustav Jung.
Ia merupakan seorang psikiater sekaligus ahli dalam bidang psikoanalisis yang berasal dari Swiss, dan dikenal sebagai perintis pendekatan yang dikenal dengan nama Psikologi Analitik.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Psikologi Analitik? Cabang psikologi ini didasarkan pada keyakinan bahwa terdapat elemen tak kasatmata yang meskipun tak selalu logis, diyakini mampu memengaruhi kehidupan seseorang secara nyata.
Selain itu, pendekatan ini juga menekankan pentingnya pencapaian kesatuan dalam diri manusia. Pandangan ini berpegang pada pemikiran bahwa pertumbuhan pribadi di masa depan sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil seseorang.
Sampai hari ini, gagasan-gagasan Jung masih memainkan peran penting dalam perkembangan ilmu psikologi.
Tak hanya dalam praktik klinis, masyarakat umum pun telah mengenal dua konsep paling populernya: kepribadian ekstrovert dan introvert.
Untuk memahami kedua konsep ini secara utuh, sangat penting menelusuri asal usul istilah serta latar belakang tokoh yang mencetuskan ide tersebut.
Salah satu hal menarik adalah, Jung sendiri berkeyakinan bahwa setiap individu memiliki sisi ekstrovert dan introvert dalam dirinya. Namun, tidak semua orang menyadari keberadaan kedua sisi ini.
Karakter Ekstrovert
Berdasarkan pemikiran Jung yang dikemukakan pada tahun 1921, individu dengan kecenderungan ekstrovert lebih terlibat dengan rangsangan yang berasal dari lingkungan sekitar.
Mereka lebih sering mengarahkan energi mental mereka keluar diri, misalnya melalui interaksi sosial.
Tipe ini cenderung merasa lebih bertenaga ketika berinteraksi dengan orang lain, karena mereka mendapatkan dorongan semangat dari lingkungan sekitar.
Jika dikaitkan dengan pengalaman pribadi Jung, kepribadian tipe ini mencerminkan bagian dari dirinya yang dikenal sebagai “kepribadian nomor satu”.
Karakter ini bersifat praktis, berfokus pada dunia luar, dan tidak banyak terlibat dalam pergolakan emosi batin atau pandangan subjektif.
Ciri utama dari individu tipe ini adalah adanya keterlibatan yang kuat dan aktif dengan dunia eksternal.
Karakter Introvert
Sebaliknya, Jung menggambarkan kepribadian introvert sebagai tipe yang cenderung memusatkan energi mereka ke dalam diri sendiri. Fokus mereka tertuju pada proses-proses batin, seperti perenungan, khayalan, impian, dan sudut pandang pribadi.
Meski tampak tertutup dan lebih sering sendiri, bukan berarti mereka terisolasi sepenuhnya dari dunia luar. Mereka juga memahami lingkungan sekitarnya, namun dengan pendekatan yang lebih selektif berdasarkan persepsi internal mereka.
Orang dengan kecenderungan ini biasanya lebih dalam dalam berpikir dan cenderung lebih kontemplatif dibandingkan tipe yang lebih terbuka tadi.
Dalam catatan perjalanan hidup Jung sendiri, karakter ini tergambar sebagai “kepribadian nomor dua”. Saat memasuki usia paruh baya, ia mengalami fase di mana dirinya menjadi sangat tertutup.
Ia menghentikan seluruh aktivitas akademik dan praktik terapi selama empat tahun demi menekuni pencarian spiritual dan batinnya sendiri.
Fiest (2018) menyebut periode ini sebagai fase penemuan sisi batin terdalam dalam diri Jung sebagai pribadi yang lebih terarah ke dalam.
Perbedaan Introvert dan Ekstrovert
Sudah mengetahui tentang Carl Jung dan gagasan kepribadian yang ia kemukakan? Kini saatnya memahami lebih jauh mengenai perbedaan introvert dan ekstrovert!
Makna Kepribadian Introvert
Introvert merupakan tipe kepribadian di mana seseorang cenderung lebih tertarik pada kehidupan batiniah mereka sendiri, seperti pikiran dan perasaan pribadi. Karakter ini secara alami lebih tertutup karena fokus utama mereka terletak pada dunia internal.
Maka dari itu, mereka seringkali membutuhkan ruang pribadi yang cukup luas untuk merasa nyaman.
Orang dengan kecenderungan ini biasanya merasa lebih tenang dan bersemangat ketika sedang sendiri.
Aktivitas yang mereka sukai pun cenderung dilakukan secara mandiri, seperti membaca, menulis, atau mendengarkan musik. Mereka hidup dalam dunia yang dipenuhi oleh fakta, emosi, dan imajinasi mereka sendiri.
Sering kali, introvert disalahartikan sebagai individu pemalu atau menghindari kehidupan sosial. Mereka dianggap takut bersosialisasi, padahal kenyataannya mereka lebih merupakan pendengar yang baik.
Meskipun tidak mudah dalam menjalin hubungan baru, mereka memiliki ikatan persahabatan yang kuat dan bermakna.
Makna Kepribadian Ekstrovert
Ekstrovert menggambarkan pola perilaku seseorang yang senang berada di tengah orang banyak dan menjalin interaksi sosial. Mereka biasanya memiliki rasa percaya diri tinggi dalam pergaulan dan tidak segan mengungkapkan pendapat.
Ciri utama dari ekstrovert adalah kenyamanan mereka dalam berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
Berbeda dengan introvert, mereka lebih fokus pada hal-hal nyata dan bersifat praktis dibandingkan dengan perasaan atau opini pribadi.
Karena itu, mereka bisa cepat merasa bosan jika harus menghabiskan waktu sendirian. Karakter mereka biasanya terbuka, penuh semangat, dan senang berbagi pengalaman secara informal.
Kemampuan komunikasi mereka pun umumnya sangat baik. Individu yang termasuk dalam kepribadian ini cenderung menikmati suasana ramai dan tak jarang merasa senang menjadi pusat perhatian.
Mereka memperlihatkan kepribadian yang konsisten, baik di depan umum maupun dalam lingkup pribadi.
Seorang terapis bernama Chelsea Connors, MS, NCC, LPC-A, yang juga merupakan pelatih bersertifikat, pernah menyampaikan pandangannya dalam sebuah wawancara di Cnet.com.
Ia menjelaskan bahwa saat membahas tipe-tipe kepribadian ini, yang terlintas di benaknya adalah bagaimana seseorang berinteraksi dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.
Ia menekankan bahwa perbedaan utamanya terletak pada cara masing-masing individu memilih untuk menghabiskan waktunya. Berikut ini adalah uraian lebih lengkapnya.
Tanda-tanda jika kamu introvert:
- Menikmati menghabiskan waktu sendirian
- Lebih suka waktu berkualitas dengan satu atau dua orang daripada menghabiskan waktu
- Dengan kelompok teman yang lebih besar
- Perlu waktu sendiri untuk beristirahat dan memulihkan tenaga setelah hari kerja yang sibuk atau periode aktivitas
- Bisa tersesat dalam pikiran sendiri dengan mudah dan perlu waktu untuk memproses dan memikirkan banyak hal
Tanda-tanda jika kamu ekstrovert:
- Lebih suka menghabiskan waktu di sekitar orang lain dan tidak suka sendirian
- Suka keramaian, pesta, dan pertemuan lainnya dengan banyak orang baru
- Membutuhkan waktu berkualitas dengan orang lain untuk membantu mengisi ulang energi
- Ramah, banyak bicara, dan suka menjadi pusat perhatian
Menurut Connors, secara umum orang yang cenderung introvert biasanya merasa nyaman ketika menghabiskan waktu sendirian, memiliki kesadaran yang tajam terhadap isi pikirannya sendiri, dan menemukan kembali energinya melalui momen-momen sunyi.
Sebaliknya, mereka yang tergolong ekstrovert sering menunjukkan sikap terbuka, mudah bergaul, dan justru merasa bersemangat ketika berada di tengah-tengah banyak orang. Inilah yang menjadi sumber energi utama bagi mereka.
Lebih jauh lagi, Connors menyarankan agar kita memperhatikan bagaimana reaksi emosional kita setelah berinteraksi secara sosial sebagai petunjuk untuk memahami kecenderungan kepribadian kita.
Orang dengan kepribadian terbuka biasanya merasa lebih hidup setelah berbaur dan berkomunikasi dengan banyak individu, sementara mereka yang cenderung tertutup justru bisa merasa kelelahan setelah mengalami situasi sosial serupa.
Penjelasan Mendalam
Lalu, seperti apa penjabaran yang lebih mendalam tentang kepribadian introvert dan ekstrovert? Mari kita bahas lebih lanjut dalam bagian berikut ini.
Bagaimana Jika Sifat Kita Gabungan Keduanya?
Mungkin kamu pernah berpikir, “Rasanya tidak ada tipe yang benar-benar menggambarkan diriku.”
Bisa jadi, kamu memiliki kombinasi dari dua karakter kepribadian tersebut. Misalnya, kamu mungkin membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan keputusan yang berisiko, tetapi juga bisa bertindak cepat dan mantap setelahnya.
Nah, ada istilah yang cocok untuk situasi ini: ambivert. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang berada di antara spektrum introvert dan ekstrovert.
Jika kamu termasuk ambivert, kamu cenderung fleksibel—terkadang merasa nyaman menyendiri, namun di waktu lain juga antusias berada dalam interaksi sosial.
Jika kamu merasa tanda-tanda berikut sesuai dengan dirimu, dan kamu tidak pernah sepenuhnya merasa cocok sebagai introvert maupun ekstrovert, maka besar kemungkinan kamu termasuk tipe ambivert.
Kamu Nyaman Sendiri Maupun di Tengah Keramaian
Biasanya, individu yang introvert cenderung merasa lelah setelah banyak bersosialisasi. Sebaliknya, ekstrovert bisa merasa kurang bersemangat jika terlalu lama sendirian.
Namun sebagai ambivert, kamu mungkin tidak mengalami kelelahan berlebihan dalam dua kondisi tersebut. Kamu bisa menikmati waktu sendirian maupun dalam suasana sosial dengan intensitas yang seimbang.
Memang bisa jadi suasana hatimu berubah sedikit tergantung aktivitas yang dijalani, tetapi tidak sampai mempengaruhi energi secara signifikan jika kamu memang berada di tengah spektrum kepribadian.
Kamu Punya Kemampuan Mendengarkan yang Mendalam
Sebagai ambivert, kamu bisa memiliki keahlian komunikasi yang baik, terutama dalam hal mendengarkan secara aktif. Ini lebih dari sekadar mendengar—kamu benar-benar memperhatikan, mencerna informasi, dan memberi tanggapan yang relevan.
Dalam sebuah percakapan, kamu biasanya tidak hanya diam menyimak atau langsung memotong pembicaraan. Sebaliknya, kamu akan merespons dengan pemikiran yang bijak dan membangun suasana komunikasi yang sehat.
Kamu Fleksibel dalam Menyelesaikan Masalah
Orang dengan kepribadian ambivert umumnya tidak terpaku hanya pada satu cara dalam menghadapi persoalan.
Kita mungkin nyaman berdiskusi langsung untuk beberapa jenis permasalahan, namun dalam kasus lain kita lebih memilih mencatat atau mencoret ide-ide secara visual.
Pendekatan seperti ini bisa sangat berguna karena mencoba metode baru sering kali membuka perspektif yang sebelumnya tidak terlihat.
Kamu Cenderung Tegas Ketimbang Tergesa-gesa
Sifat khas introvert adalah berpikir dengan cermat sebelum mengambil keputusan, sementara ekstrovert cenderung lebih berani mengambil risiko meski belum mempertimbangkan hasilnya secara matang.
Sebagai ambivert, kita mungkin akan mengambil keputusan dengan pemikiran singkat namun tetap penuh pertimbangan. Setelah memilih untuk melangkah, kita biasanya tidak terus-menerus mempertanyakan pilihan tersebut.
Kita cenderung mempertimbangkan dengan cukup matang sebelum mengambil langkah, namun tidak merasa harus mengumpulkan seluruh informasi secara mendalam, misalnya saat ingin pindah tempat tinggal atau memilih pekerjaan baru.
Memikat Orang Lain adalah Kemampuan Alami
Ambivert umumnya pandai menjaga keseimbangan dalam interaksi kelompok.
Kita tahu kapan harus berbicara dan kapan memberi ruang bagi orang lain untuk menyampaikan pendapat mereka.
Bila pembicaraan mulai kehilangan arah, kita bisa menyelipkan pertanyaan atau komentar singkat yang mampu menghidupkan kembali suasana.
Kemampuan ini juga memudahkan kita menyesuaikan diri dalam lingkaran pertemanan atau situasi sosial lain. Kita mampu memahami sudut pandang introvert maupun ekstrovert, sehingga naluri kita dalam menanggapi orang lain jadi lebih tepat.
Kamu Mudah Beradaptasi dengan Lingkungan Baru
Meskipun tidak selalu butuh kehadiran orang lain, kita tetap merasa cukup nyaman ketika harus bersosialisasi dalam waktu singkat.
Misalnya, kita bisa saja dengan santai mengobrol dengan orang di samping kita dalam penerbangan, menikmati suasana ramai meski hanya sesekali, atau bahkan memberikan sambutan spontan di sebuah acara.
Meskipun bukan pilihan utama, kita tetap mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap situasi yang sedang terjadi.
Kenapa Penting Memahami Introvert dan Ekstrovert?
Setiap individu memiliki ciri khasnya sendiri. Namun, memahami perbedaan kecenderungan antara kepribadian introvert dan ekstrovert dapat membantu kita mengenali diri sendiri sekaligus lebih peka terhadap orang-orang di sekitar.
Menurut Connors, semakin banyak kita mengenal diri sendiri, mengetahui hal-hal yang memotivasi serta cara menjaga diri, maka kualitas hidup dan kebahagiaan pun akan meningkat.
Kesadaran diri ini juga sangat bermanfaat saat hidup terasa berat atau penuh tantangan. Begitu juga dalam menjalin hubungan, ketika konflik muncul, pemahaman tentang kepribadian bisa membantu kita lebih bijak dalam menyikapi.
Contohnya, jika sahabat kita lebih tertutup, kita tidak akan merasa heran ketika dia menolak ajakan ke tempat ramai dan lebih memilih malam tenang dengan menonton film di rumah bersama kita.
Hidup dengan Tipe Kepribadian
Kepribadian berperan penting dalam menentukan banyak aspek kehidupan, mulai dari pilihan karier, tempat tinggal yang diinginkan, hingga tipe pasangan yang kita dambakan.
Sama seperti karakter lainnya, posisi seseorang dalam spektrum sosial bukanlah sesuatu yang bisa diubah karena sudah terbentuk secara alami sejak awal.
Gen bawaan kita punya pengaruh besar terhadap karakter tersebut, dan tentu saja tidak bisa dimodifikasi.
Riset menemukan adanya perbedaan yang nyata dalam cara kerja otak individu yang lebih pendiam dan mereka yang lebih terbuka. Ini termasuk pada aspek-aspek seperti kemampuan belajar, kendali atas gerakan tubuh, serta pengolahan bahasa.
Orang-orang yang lebih terbuka terhadap lingkungan sekitar cenderung memiliki kadar dopamin yang lebih tinggi, yang memberi sensasi menyenangkan saat mereka melakukan hal baru, membangun relasi sosial, atau berinteraksi dengan dunia di sekeliling mereka.
Inilah yang membuat mereka semakin bersemangat menjalani aktivitas-aktivitas sosial tersebut.
MacCutcheon, sebagaimana dikutip oleh Healthline, menyarankan agar jika kita merasa terdorong mengubah sisi sosial dalam diri, penting untuk mengevaluasi alasan di balik keinginan tersebut.
Apakah ada kekosongan yang kita rasakan? Atau mungkin ada keinginan untuk menjadi versi diri yang lebih baik?
Daripada mengubah karakter dasar, lebih bijak bila energi tersebut kita arahkan untuk mengasah kemampuan baru dan belajar hal-hal yang membantu kita meraih target pribadi.
Karakter mungkin tidak bisa diubah, tetapi kita tetap bisa memanfaatkan kekuatan diri dan memperluas keterampilan yang berguna di berbagai situasi.
Sebagai penutup, memahami perbedaan introvert dan ekstrovert bisa membantu kita mengenali diri sendiri lebih baik dan menjalin hubungan yang lebih sehat dengan orang lain.