Oralit untuk Bayi dan Cara Membuatnya yang Perlu Diketahui

Bru
Jumat, 25 Juli 2025 | 07:47:47 WIB
oralit untuk bayi

Oralit untuk bayi sangat penting diketahui oleh para orang tua ketika buah hati mereka mengalami diare. 

Diare merupakan kondisi yang umum dialami oleh semua kalangan usia, termasuk bayi dan balita. Saat bayi terkena diare, biasanya ditandai dengan frekuensi buang air besar yang meningkat, yakni lebih dari tiga kali dengan tekstur feses yang sangat cair.

Kondisi ini harus segera ditangani karena diare yang berkepanjangan pada balita dapat menyebabkan dehidrasi, yang berpotensi membahayakan kesehatan anak. Penanganan yang tepat sangat diperlukan agar kondisi bayi bisa segera membaik. 

Salah satu cara yang bisa dilakukan di rumah adalah dengan memberikan oralit bagi bayi yang sedang mengalami diare. Menariknya, oralit ini bisa dibuat sendiri secara sederhana dan efektif.

Bagi yang belum familiar dengan penggunaan oralit untuk bayi, artikel ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat untuk membantu merawat bayi saat diare. 

Penyebab Terjadinya Diare pada Balita

Diare tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga bisa menyerang bayi atau balita yang berusia antara 0 hingga 6 bulan. Bahkan, diare termasuk salah satu penyakit dengan angka kematian tertinggi di Indonesia. 

Kondisi ini sangat menyulitkan bagi buah hati Anda karena biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang membuat anak menangis terus-menerus. 

Para ibu yang belum mengetahui penyebab diare pada anak seringkali merasa cemas dan bingung dalam memberikan pertolongan pertama.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memahami apa yang menyebabkan diare pada balita agar lebih mudah menentukan langkah penanganan yang tepat. 

Secara alami, bayi memang cenderung buang air besar lebih sering dibandingkan anak yang lebih besar atau orang dewasa. Bahkan, bayi bisa saja buang air besar segera setelah menyusui.

Namun, jika frekuensi BAB bayi meningkat dengan feses yang encer, berbau tidak sedap, dan volume lebih banyak, hal ini bisa menjadi tanda diare. Pada beberapa kasus, diare yang dialami balita tergolong ringan dibandingkan kelompok usia lain. 

Jika diare tersebut hanya berlangsung beberapa hari dan tergolong ringan, biasanya bisa diatasi secara mandiri tanpa harus memberikan obat khusus.

Seperti yang sudah dijelaskan, orang tua harus mengetahui penyebab diare pada balita agar bisa memahami cara penanganan yang sesuai. Berikut ini adalah beberapa penyebab umum diare pada anak usia balita:

Intoleransi Laktosa

Laktosa merupakan sumber karbohidrat utama dalam ASI dan susu formula. Namun, tidak semua bayi mampu mencernanya dengan baik. 

Jika bayi menunjukkan reaksi tidak biasa setelah mengonsumsi protein susu, baik dari susu hewani segar maupun susu formula, ini menandakan bayi mengalami intoleransi laktosa. 

Kondisi ini terjadi karena bayi belum mampu menghasilkan enzim laktase yang cukup untuk mencerna laktosa secara optimal. Bila hal ini terjadi, disarankan bagi ibu untuk mengganti susu yang menyebabkan intoleransi dengan susu formula khusus.

Tidak Cocok dengan Susu Formula

Diare pada bayi juga bisa dipicu oleh ketidakcocokan terhadap susu formula yang diberikan. Beberapa zat tambahan dalam susu formula dan cara pemberian susu bisa menjadi penyebab diare. 

Oleh karena itu, orang tua disarankan untuk selalu mengikuti takaran sesuai petunjuk pada kemasan. 

Namun, apabila bayi mengalami diare disertai muntah, konstipasi, atau gejala lain yang mengkhawatirkan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi susu pengganti yang lebih aman.

Alergi Makanan

Pada usia 0 hingga 6 bulan, sistem pencernaan bayi masih dalam tahap perkembangan sehingga lebih rentan mengalami alergi. Meskipun bayi mendapatkan ASI eksklusif, tetap ada kemungkinan alergi muncul akibat makanan yang dikonsumsi oleh ibu.

Beberapa jenis makanan yang berpotensi memicu alergi pada bayi meliputi susu, produk olahan susu, makanan yang mengandung protein tertentu, makanan pedas, makanan asam, serta kafein. 

Oleh karena itu, ibu yang sedang menyusui disarankan untuk menghindari konsumsi makanan yang diduga menjadi penyebab diare pada bayi.

Infeksi Virus

Mayoritas kasus diare pada bayi disebabkan oleh infeksi virus, dengan rotavirus sebagai salah satu penyebab utama. 

Namun, penggunaan vaksin rotavirus dalam beberapa tahun terakhir telah membantu mengurangi risiko bayi terkena diare akibat virus tersebut.

Demikian penjelasan mengenai berbagai faktor yang dapat menyebabkan diare pada bayi, yang bisa menjadi acuan bagi orang tua dalam merawat buah hati mereka.

Penyebab Diare pada Bayi dengan Kondisi Serius

Sebelumnya, kita sudah membahas beberapa penyebab diare ringan pada bayi. 

Namun, jika bayi terus-menerus mengalami buang air besar selama beberapa hari tanpa sembuh, disertai demam tinggi atau terdapat darah pada tinja, kondisi ini bisa termasuk diare yang serius atau kronis.

Diare pada balita bisa menjadi lebih parah karena beberapa faktor penyebab tertentu. Agar lebih memahami apa saja yang dapat memicu diare kronis pada anak usia balita, berikut penjelasannya:

Infeksi Bakteri

Salah satu penyebab diare berat pada balita adalah infeksi bakteri, seperti Salmonella, Escherichia coli, dan Shigella. Gejala diare kronis akibat bakteri biasanya meliputi kram perut, demam, dan darah pada saat buang air besar. 

Jika hal ini terjadi, sangat penting bagi orang tua untuk segera membawa anak ke dokter agar mendapat perawatan yang tepat.

Infeksi Parasit

Diare kronis pada balita juga dapat disebabkan oleh infeksi parasit, contohnya giardiasis, yang dapat menular. Jika anak mengalami diare akibat parasit, segera konsultasikan ke dokter supaya bisa mendapatkan penanganan yang sesuai.

Demikian beberapa penyebab diare kronis pada bayi dan balita. Bila buah hati menunjukkan tanda-tanda diare yang terus berlangsung, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mendapat penanganan tepat dan cepat.

Penanganan Tepat Diare yang Dialami oleh Balita

Diare merupakan gangguan kesehatan yang dapat menyerang siapa saja, tetapi risiko ini lebih besar pada anak balita. Kondisi diare pada bayi dan balita sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat.

Selain memahami penyebab diare pada balita, orang tua, khususnya ibu, juga perlu mengetahui cara pertolongan pertama yang tepat untuk mengatasi kondisi ini. 

Secara normal, feses bayi memiliki warna kuning, hijau, atau coklat tua dengan tekstur seperti pasta yang lembut dan tidak cair.

Namun, ketika bayi mengalami diare, bentuk feses akan berubah menjadi lebih cair, warna bisa berubah menjadi hijau atau bahkan hitam, dan baunya menjadi lebih tajam. 

Bayi dengan diare biasanya buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari, dan terkadang fesesnya bisa mengandung darah atau lendir.

Jika bayi Anda mengalami gejala diare, segera bawa ke dokter agar kondisinya tidak memburuk karena diare yang tidak diobati dapat menyebabkan dehidrasi yang berbahaya.

Selain itu, pemberian obat harus sesuai dengan anjuran dokter, jangan diberikan secara sembarangan. Orang tua juga harus memastikan bayi mendapatkan cukup cairan untuk mencegah dehidrasi. 

Penggunaan larutan oralit dapat membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh bayi selama diare.

Oralit untuk Bayi dan Cara Pembuatannya

Oralit adalah cairan yang berguna untuk mencegah dehidrasi pada anak balita dan dianggap aman untuk digunakan pada usia tersebut. 

Namun, alangkah baiknya jika orang tua berkonsultasi dengan dokter mengenai penggunaan oralit untuk bayi yang tepat sesuai kondisi anak.

Orang tua biasanya disarankan untuk membeli larutan oralit sesuai resep dokter. Meski begitu, dalam keadaan darurat, oralit juga bisa dibuat sendiri di rumah dengan cara berikut:

  • Siapkan bahan berupa enam sendok teh gula pasir, setengah sendok teh garam, dan satu liter air matang.
  • Campurkan gula dan garam dalam wadah, kemudian tambahkan air secara perlahan sambil diaduk hingga larut dan tercampur merata.
  • Setelah semua bahan tercampur sempurna, berikan larutan ini pada anak balita yang mengalami diare secara perlahan hingga dosis yang dibutuhkan tercapai.

Pastikan takaran bahan yang digunakan tepat agar oralit dapat bekerja optimal dalam membantu mengatasi diare. 

Jika tak sesuai, diare bisa jadi makin sulit diatasi. Sebaiknya, ceritakan riwayat kesehatan bayi pada dokter sebelum memberikan larutan ini agar penanganannya bisa lebih efektif.

Cara Mencegah Diare pada Anak Usia Balita

Ketika anak balita mengalami diare, perubahan pada fesesnya akan terlihat, baik dari segi bentuk, tekstur, maupun warna. Hal ini dipengaruhi oleh jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi bayi, seperti ASI, susu formula, atau makanan padat.

Feses bayi yang mengalami diare biasanya lebih cair dan jumlahnya lebih banyak. Selain memberikan larutan elektrolit dan berkonsultasi ke dokter anak, orang tua juga dapat melakukan beberapa langkah pencegahan sebagai berikut:

  • Memberikan ASI lebih sering dan dalam durasi yang lebih lama dari biasanya khususnya pada bayi yang sedang diare.
  • Menggunakan obat penanganan diare yang tersedia di apotek atau sesuai resep dokter.
  • Jika bayi sudah mulai menerima makanan pendamping ASI (MPASI), berikan makanan seperti sayuran, kaldu sup, dan air mineral.
  • Pastikan makanan yang diberikan sesuai dengan usia bayi agar proses pemulihan berjalan optimal.

Makanan bagi Bayi sesuai Umur

Seperti yang sudah dijelaskan, pemberian makanan pada bayi yang mengalami diare harus disesuaikan dengan usia mereka agar proses pemulihan berjalan lebih lancar. 

Jika kamu belum tahu jenis makanan yang cocok untuk bayi dengan diare berdasarkan usia, berikut ini penjelasannya.

  • Untuk bayi usia 0 sampai 6 bulan, sebaiknya diberikan ASI sesuai kebutuhan bayi, minimal delapan kali sehari. Pada rentang usia ini, tidak disarankan memberikan makanan atau minuman lain selain ASI.
  • Bayi berusia 6 sampai 24 bulan bisa terus diberikan ASI, sekaligus mulai diperkenalkan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan tekstur lembut, seperti bubur susu dan pisang.
  • Pada usia 9 sampai 12 bulan, MPASI dengan tekstur lebih padat dan kasar dapat diberikan, misalnya nasi tim, bubur nasi, serta tambahan lauk, sayuran, atau kacang-kacangan.
  • Untuk bayi usia 12 hingga 24 bulan, makanan keluarga bisa diperkenalkan secara bertahap, tentu dengan menyesuaikan kemampuan makan anak.

Anak balita yang sudah lebih dari dua tahun dapat mulai makan makanan keluarga tiga kali sehari dengan porsi sepertiga hingga setengah dari porsi orang dewasa. Selain itu, berikan juga makanan selingan bergizi dua kali sehari di antara waktu makan utama.

Sebagai penutup, penggunaan oralit untuk bayi sangat penting dalam mencegah dehidrasi saat diare, sehingga membantu mempercepat proses pemulihan kesehatan anak.

Terkini

Pemain Badminton Indonesia Bersiap Tampil di Hong Kong Open

Selasa, 09 September 2025 | 17:10:20 WIB

Real Madrid Siap Perkuat Pertahanan Jelang Musim Baru

Selasa, 09 September 2025 | 17:10:19 WIB

Barcelona Konfirmasi Rashford Akan Bertahan Sepanjang Musim

Selasa, 09 September 2025 | 17:10:18 WIB

4 Shio Besok Diprediksi Nikmati Hari dengan Energi Positif

Selasa, 09 September 2025 | 17:10:15 WIB